NYATA! Kaprikornus Mualaf, Sempat Ditinggalkan Istri dan Jatuh Miskin. Namun Kini Kehidupannya....


Perjalanan hidup Rudi Suryanto (59) terbilang panjang dan berliku.

Rudi lahir dari lingkungan keluarga non muslim.

Sebagai seorang pekerja keras ia balasannya mampu menikmati hidup bergelimang harta.

Kehidupan rumah tangganya dulu terbilang harmonis.

Ia menikahi wanita yang sama-sama warga keturunan.

Tahun 80-an kisah perjalanan berat Rudi dimulai.

Ditemui di Masjid Cheng Ho, Jakabaring, Palembang.

Rudi tampak sedang bekerja.

Satu persatu sepatu dan sandal jamaah disusunnya dengan rapi.

Sesekali ia juga menyapu halaman masjid.

Mengenakan kaus bola timnas Indonesia dipadu celana kain panjang serta peci putih yang melekat di kepalanya.

Ia tampak duduk sambil menjaga sepatu dan sandal jamaah.

Ayah satu anak tersebut telah bekerja di masjid Cheng Ho selama empat tahun.

Sebelumnya ia ialah pengusaha sukses yang memiliki banyak harta.

Setelah Emak-emak, Pemuda Ini Bernasib Sama, Terobos Cor Jalan Basah hingga Terperosok!

Kisahnya berawal dari ijab kabul dengan sesama warga keturunan

Bertahun-tahun menikah ia tak juga mendapatkan keturunan.

Sampai balasannya ia mendapatkan pengalaman spiritual yang terus berulang.

Ia sering merasa menyerupai dilempar watu dari arah belakang ketika berada di rumahnya.

"Saya tidak tahu siapa yang melempar saya, tetapi lemparan tersebut terasa sangat menyakitkan dan yang anehnya ketika saya melihat ke belakang tidak ada pelakunya," jelasnya.

Merasa ada sesuatu yang absurd ia merasa gelisah.

Di ketika gelisah itulah, Rudi tertarik mempelajari Islam.

"Saya sebelumnya tidak mengenal apa itu agama Islam, hingga balasannya hati dan pikiran saya menyerupai mendorong untuk mempelajari islam," tegasnya.

Sambil mata berkaca-kaca ia bercerita keinginannya untuk mendalami Islam sudah tidak mampu ditunda.

Akhirnya ia memutuskan untuk memeluk agama islam pada tahun 1983.

Setelah menjadi seorang mualaf ia juga pernah bermimpi.

Di dalam mimpinya ia bertemu dengan seseorang yang mengajaknya untuk melihat keadaan surga dan neraka.

"Di dalam surga semua terasa bagus tidak mampu saya ceritakan melalui perkataan akan keindahan tersebut, sedangkan ketika memasuki neraka ia melihat api yang membara - bara aben setiap orang yang menyerupai mempunyai kesalahan semasa hidupnya", tegasnya.

Telah banyak mendapatkan pengalaman spiritual, ia pun semakin berguru untuk mendekatkan diri kepada pencipta.

Namun keputusannya menjadi mualaf membuatnya harus kehilangan istri.

Sang istri menentang keputusan tersebut.

Apalagi untuk ikut suaminya menjadi mualaf.

"Istri saya tidak mau ikut bersama saya," jelasnya

Rudi balasannya bercerai dengan istrinya.

Ia mencoba menguatkan hatinya dengan terus berbuat baik dan menjalankan ibadah salat.

Selain kehilangan istri, Rudi juga dijauhi keluarganya sendiri.

Rudi kembali menemukan jodohnya yang juga seorang wanita mualaf.

Wanita pujaan hatinya itu balasannya dipersunting dan menjadi istrinya.

Pernikahan keduanya itu tidaklah melepaskan dirinya dari kepahitan masa lalunya.

Rudi yang percaya pada istrinya tak ragu untuk menawarkan semua hartanya pada istri.

Semua atas nama istrinya.

Cobaan lagi-lagi menghampiri.

Kehadiran pihak ketiga menjadi awal kehancuran rumah tangga barunya.

Bermula ketika temannya yang sering datang ke rumah.

Tak disangka temannya tersebut menjadi pria idaman lain istrinya.

Dengan berat hati Rudi mengakui bahwa istrinya berselingkuh dengan temannya sendiri.

Merasa dicurangi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya.

Perceraian kedua baginya.

Harta yang sudah diatasnamakan kepada istrinya membuat Rudi pergi tanpa membawa harta sedikit pun.

Iman yang berpengaruh membuatnya menyerupai mendapat lindungan dari Yang Mahakuasa SWT.

Diusianya yang telah menua, pria yang tinggal di Jalan Harapan Jaya Kecamatan Kalidoni tersebut kembali menemukan jodoh.

Seorang wanita pribumi mampu mendapatkan keadaannya.

Mereka balasannya pernikahan.

Dari dua ijab kabul sebelumnya Rudi tak dikaruniai anak.

Kali ini Rudi telah memiliki 1 orang anak yang kini sudah duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 2.

Dalam keadaan yang sulit ia merasa jika dirinya sekarang lebih dari bahagia.

"Saya sekarang kaya hati dan bukanlah kaya harta", tuturnya dengan nada pelan.

Kini ia mencari rezeki untuk menafkahi keluarga dengan menjadi petugas kebersihan masjid.

Penghasilan yang tak kecil tidaklah membuatlah goyah dan menyesal, ia merasa lebih bahagia sekarang.

"Kebahagian saya tidak mampu dibeli dengan uang, saya merasa sangat akrab dengan sang maha pencipta ketika saya berada di masjid dan salat berjamaah", pungkasnya Rudi.
sumber : merdeka.com