Mata Hari

Mata Hari (versi ejaan lain: Matahari) ialah nama panggung dari Margaretha Geertruida (Grietje) Zelle (7 Agustus 1876, Leeuwarden, Belanda  – 15 Oktober 1917, Vincennes, Perancis), ialah seorang penari eksotis dan courtesan yang dieksekusi tembak mati lantaran mata-mata pada Perang Dunia I.
Kehidupan
 
Margaretha Zelle dilahirkan di Leeuwarden, Friesland di Belanda dari Adam Zelle, pemilik toko topi,tetapi juga telah menanamkan modalnya di minyak, ia punya cukup uang untuk memanjakan putri satu-satunya. dan Antje van der Meulen, keduanya dilahirkan dan dibesarkan di Friesland. Ketika beliau berumur 6, keluarganya pindah ke Leiden. Pada 1891 ibunya meninggal dan ayahnya bangkrut.
Kisah hidup perempuan yang menikah pada usia 18 tahun ini memang cukup suram. Di sekolah, Margaretha dikenal menjadi flamboyan, sering muncul dalam baru, pakaian mencolok. Dia pernah dikeluarkan dari sekolah guru gara-gara berskandal dengan kepala sekolahnya.
Setelah tamat hidup ibunya, keluarga Zelle ialah berpisah dan Margaretha, kini umur 15, dikirim ke Sneek untuk tinggal bersama wali nya, Mr Visser. Visser memutuskan untuk mengirim Margaretha ke sekolah yang guru-guru Taman Kanak-kanak terlatih sehingga ia mempunyai karier. Di sekolah tersebut, kepala sekolah, Wybrandus Haanstra, menjadi terpesona oleh Margaretha dan mengejarnya. Ketika skandal pecah, Margaretha diminta untuk meninggalkan sekolah, jadi beliau pergi untuk tinggal dengan pamannya, Mr Taconis, di Den Haag.
Pada bulan Maret 1895, sementara masih tinggal dengan pamannya, Margaretha berusia 18 tahun bertunangan dengan Rudolph ("John") MacLeod, sehabis menjawab iklan langsung di koran (iklan tersebut telah ditempatkan sebagai lawakan oleh teman MacLeod's). MacLeod ialah seorang perwira berusia 38 tahun pada meninggalkan rumah dari Hindia Belanda, tempat ia ditempatkan selama 16 tahun. Pada tanggal 11 Juli 1895, keduanya menikah.
Mereka menghabiskan sebagian besar kehidupan ijab kabul mereka tinggal di tempat tropis Indonesia dimana uang ketat, isolasi sulit, dan kekasaran John dan cowok Margaretha yang disebabkan tabrakan serius dalam ijab kabul mereka. pertama kali mereka tinggal di Semarang. Margarethe bahagia dengan rumah di Semarang yang nyaman. Tak berapa usang lagi, suaminya harus berpindah kiprah ke Malang, di tempat Tumpang. Di situ Margarethe suka bermain ke candi Jago, candi Kidal, candi Singosari. Dia mengagumi tarian Serimpi yang ditarikan di candi-candi tersebut.   Margaretha dan Yohanes mempunyai dua anak, Margarethe tidak kerasan tinggal di Sumatra. Dia rindu dengan suasana di Jawa. Apalagi anak laki-lakinya Norman meninggal di Sumatra. anak mereka meninggal pada usia dua setengah sehabis diracuni. Tahun 1902 pasangan ini kembali ke Belanda. Dan berakhir dengan perpisahan. Rudolph tinggal dengan anak perempuannya, seorang angkatan bahari Belanda yang usianya terpaut 20 tahun lebih bau tanah darinya. Sebelumnya ia dan suaminya pernah tinggal di Jawa dan Sumatra antara 1897-1902.
Masih tahun yang sama Margaretha memutuskan untuk pergi ke Paris untuk memulai hidup baru. Tanpa suami, tidak terlatih dalam karir apapun, dan tanpa uang, dengan tujuan akan berguru balet yang kemudian timbul niat Margarethe untuk menjadi penari orientalis di sebuah klab malam. Dia mencoba menari sebisanya bergaya tarian Jawa. Apalagi beliau dulu sering melihat tari Serimpi di candi Jago, Malang. Pakaianpun beliau variasi sendiri. Bahkan Margarethe sesungguhnya tidak tahu banyak kesenian Jawa, apalagi agama nenek moyang orang Jawa. Dia nekat saja menari dan berpakaian khas ketimuran. Margaretha menggunakan pengalamannya di Indonesia untuk membuat sosok baru, yang mengenakan perhiasan, berbau parfum, berbicara kadang kala di Malaysia, menari menggoda, dan sering menggunakan pakaian sangat sedikit . Dia membuat debut menari di salon dan cepat menjadi sukses. Dalam waktu singkat namanya sudah cepat melambung. Banyak kaum elit Paris dan Eropa lainnya terkesima dengan penampilannya. Ketika banyak media menyorotnya. Dia mengaku jikalau lahir di kota Jaffnapatam, pantai Malabar, India. Sedang ayahnya seorang Brahmana dan ibunya seorang penari di candi.

  Kebohongannya membuat publik makin yakin. Apalagi sehabis nama yang sesungguhnya sebagai istri Rudolph Mcleod itu diganti dengan nama MATA HARI. 

Ketika diwawancarai wartawan dan lain-lain nya, Margaretha terus ditambahkan ke gaib yang mengelilinginya dengan berputar fantastis, dongeng fiksi perihal latar belakangnya, termasuk menjadi seorang putri dan putri Jawa baron. Untuk bunyi lebih eksotis, beliau mengambil nama panggung "Mata Hari," Malayan untuk "mata hari" (matahari). Nama itu kedengarannya sangat asing di indera pendengaran orang barat. Khas ketimurannya menonjol. Mata Hari memang cocok dianggap orang timur. Bukan saja rambutnya yang hitam kelam dan kulitnya yang kecoklatan. Tapi bibir dan matanya tampak bukan ibarat orang barat. Tariannya sungguh liar dan mengundang decak kagum banyak penonton.

Seorang yang dibentuk tergila-gila pertama kali ialah Emile Guimet. Dia pengusaha industri sabun basuh dari kota Lyon, Perancis. Sejak tahun 1885, Guimet telah mendirikan museum yang mengkoleksi barang-barang seni orientalis dan beliau juga mempersilakan museumnya untuk pentas dan mengenalkan pada kalangan elit Paris. Honor yang didapat Mata Hari ketika itu berupa emas seharga 1000 Franc. Pada tahun 1905 Mata Hari telah melaksanakan pertunjukan sebanyak 35 kali. Penonton yang terbanyak di Olympia-Theater, beliau mendapat bayaran sejumlah 10.000 Francs. Di samping beliau pentas di pertunjukan umum, juga melayani pentas privat. Mata Hari bercita-cita punya pacar orang kaya. Dan kini cita-citanya telah tercapai. Tak hanya orang kaya dan darah biru yang menjadi pacarnya, tapi termasuk para perwira tinggi. Dia hidup dengan kemewahan. Kemudian Mata Hari berganti pacar lagi, kali ini dengan seorang pengacara berjulukan Edouard Clunet. Dia meminta saran Clunet untuk menghubungkan dengan sebuah distributor yang profesional untuk mengurus pementasannya. Clunet kemudian menghubungkan dengan distributor teater terkenal berjulukan Gabriel Astruc. Pada Januari 1906, pertama kali Mata Hari pentas di luar Perancis yaitu di Madrid. Pada Pebruari 1906 penari yang juga menyandang nama Margarethe itu pergi ke Berlin. Dia tak butuh waktu usang untuk memperkenalkan kebolehannya ke publik. Apalagi ada pinjaman dari seorang darah biru setempat. Kemudian beliau pergi lagi ke Wina, lantaran beliau mendapat surat dari Astruc untuk pentas di ibu kota kekaisaran Austria-Hongaria. Publik di Wina luar biasa. Media terkecoh dengan pemberitaan asal mula Margarethe. Beberapa media menulis bervariasi, beliau berasal dari Belanda, Jawa, Bali dan India. Postur tubuhnya juga diekpos, besar dan langsing. 

Kemolekannya ibarat seekor hewan liar. Seorang perempuan bagus yang ibarat dewi aneh, berkulit gelap ibarat gelapnya malam. Sebuah media mewartakan, jikalau Margarethe berusia 30 tahun, tapi wajahnya ibarat gadis muda. Bahkan di bulan Desember di Belanda terbit sebuah buku berjudul:”The Life of Mata Hari, the Biography of my Daughter”. Buku itu ditulis oleh Adam Zelle, ayah Margarethe. Margarethe tidak yakin, jikalau itu goresan pena ayahnya sendiri. Dia percaya, jikalau ada dua penulis mendatangi ayahnya, lantaran kepopulerannya.
Kehidupannya yang penuh liku banyak difilmkan dalam aneka macam versi. Dari Mata Hari (1931), yang dibintangi oleh Greta Garbo; Mata Hari, Agent H21 (1964) versi Perancis oleh Jeanne Moreau, hingga film Mata Hari versi ketiga (1985), termasuk film Indonesia berjudul Sang Penari (2007), bintang nasional Tamara Bleszynski berperan sebagai intel ini, yang diangkat dari novel dengan judul sama, karya Dukut Imam Widodo.
Mata-mata/Spion(Double Eye Spy)
Sudah berbulan-bulan telah beredar desas-desus ketegangan internasional di seluruh Eropa. Perang akan terancam meletus. Pada awal Agustus 1914 diumumkan perang telah meletus. Orang-orang di jalan murka dan beringas. 

Pertokoan di sepanjang jalan di Paris yang berlabel Jerman atau Austria dibakar. Tak ada lagi “Brasserie Viennoise” dan “Café Klein”. Polisipun kewalahan antara memihak bangsanya atau insan pada umumnya. Di Berlin reaksinya tak beda dengan di Paris. Bangsa Jerman dan Perancis bersitegang dan dipertanyakan, kenapa Margarethe mondar-mandir di Berlin? Hanya seorang penari, namun banyak punya kenalan luas dan orang-orang penting. 

Akhir bulan Juli 1914 Margarethe menjalin kekerabatan dengan seorang komandan polisi berjulukan Griebel. Margarethe sebagai gundiknya ikut melihat demonstrasi di luar istana kaisar. Semboyan “Deutschland über Alles” mengumandang keras. Dalam beberapa hari saja, Margarethe kena target agresi anti orang asing. Suasana yang mencekam itu juga mengkhawatirkan keselamatan Margarethe. Kini beliau sudah berusia 38 tahun. Dia punya logika ke Paris lewat Zürich, Switzerland. Namun pada 7 Agustus beliau sudah berada di Berlin lagi. Bukan saja beliau tanpa mitra di Berlin, tapi juga tanpa pakaian. Dia beruntung ada orang Belanda bau tanah yang baik hati dan membelikan tiket kereta api untuk keluar dari Berlin menuju Belanda. Pada 14 Agustus beliau meninggalkan Berlin dan berhenti di Frankfurt meminta dokumen perjalanan konsul Belanda. Tanggal 16 Agustus beliau tiba di Amsterdam. Pada 14 Desember 1914 untuk pertama kalinya Margarethe manggung di publik Belanda. Gedung teater di Den Haag penuh sesak pengunjung. Semua orang ingin melihat penampilan Mata Hari yang sudah tersohor itu. Tak begitu usang Margarethe menemukan pasangan barunya, Baron Edouard van der Capellen. Baron Edouard tak hanya kaya, tapi juga pimpinan kavaleri. Dia berusia 52 tahun. 

Dalam tempo sebulan dari perjumpaannya Margarethe dibuatkan sebuah rumah mungil nan indah oleh Baron di Den Haag. Baron menganggap Margarethe bagaikan prostitusi.   Pada 13 Maret 1915 Margarethe membaca koran Belanda yang memuat fotonya dengan judul “Madame Mata Hari”. Dia murung menyesali masa jayanya yang sudah lewat, sementara di rumah pemberian Baron ibarat terkekang. Pada Agustus 1915 Margarethe berulang tahun yang ke 39 tahun. Kehidupan sehari-hari Margarethe terasa sepi, lantaran Baron sering bertugas berbulan-bulan tak pulang. Margarethe mencoba kabur dan akan kembali ke Paris lagi. Jalan yang beliau tempuh harus berkeliling dari Amsterdam menuju pelabuhan Inggris, selat Biskaya ke Vigo,Spanyol utara. kedatangan Margarethe di Paris Desember 1915 menjadi sorotan distributor Prancis. Margarethe mengenakan pakaian mahal dan berlagak sombong. Apalagi beliau merasa pernah menjadi bintang di Paris. Sebelum terjun di dunia spionase, perempuan yang mempunyai kode diam-diam H21 ini mengawali karirnya sebagai penari erotis di Paris. Berbekal keahlian erotic temple dances yang dipelajari di India dan daya pikatnya yang tinggi, beliau menjadi terkenal di mana-mana. Tak heran bila kemudian anjuran menari banyak berdatangan dari kota kota besar di Eropa bahkan Mesir. Kondisi inilah yang kemudian menyeretnya dalam dunia spionase. Saat menjadi stripper di Berlin, Agen diam-diam Jerman merekrutnya.
 
Margarethe dikirim ke Paris, untuk mengirim berita-berita yang penting. Tapi Margarethe tak tahu apa-apa perihal kiprah yang akan dilakukan. Memang antara dunia spionase dan seks sangat erat. Orang-orang yang penting posisinya dan intelek sekalipun tetap akan bertekuk lutut di atas ranjang. Di Paris petualangan cinta Margarethe dimulai lagi. Kali ini dengan seorang perwira muda Rusia berjulukan Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yang ke 40 itu, cowok Vadime bercinta di kamar Grand Hotel. Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe. Bahkan Margarethe berujar, selama hidupnya beliau hanya bercinta dengan para perwira.

Suatu hari sebuah peristiwa alam menimpa pada Vadime. Sebuah granat meledak dan melukai wajah serta leher Vadime dan terkena asap gas beracun. Dia harus dirawat di rumah sakit tentara. Margarethe cemas dan bermaksud ingin mengunjungi Vadime di rumah sakit. Namun diharapkan surat khusus dari sebuah kantor kementerian perang di Boulevard St.Germain. Tak tahunya di kantor itu juga digunakan sebagai kantor distributor spion Perancis. Di sebuah tangga gedung itu, secara kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat. Makin diketahui, jikalau Ladoux sesungguhnya ketua spion Perancis. Margarethe ditawari, untuk bekerjasebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa honor yang diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya Vadime. “Satu Juta Franc”, jawab Margarethe. Ladoux mempertimbangkannya, lantaran honor sejumlah itu sama dengan honor untuk 12 spion paling handal. Namun Ladoux mencurigai, jikalau Margarethe sesungguhnya ialah spion untuk Jerman. 

Mendengar seruan honor yang kurang ditanggapi Ladoux, maka Margarethe mencoba meyakinkan lagi. Kalau dirinya juga kenal orang penting di Jerman berjulukan Kramer. Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. 

Karena memang beliau orang penting Jerman. Dari sini Ladoux makin yakin, jikalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe mencoba akan menjadi double agen. Ladoux tidak mau mengambil resiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc.
MI5 mulai curiga dengan kegiatan yang dilakukan oleh Mata Hari. Agen Rahasia Inggris itu kemudian menginterograsinya. Namun mereka tidak sanggup memaksa Mata Hari untuk membuka mulut. Berkali-kali interogasi dilakukan, namun hasilnya tetap nihil. 
Sampai akibatnya Agen Rahasia Perancis berhasil menangkap dan menginterogasinya ketika beliau akan menyeberangi Perancis untuk mengunjungi salah satu affairnya. Agen Rahasia Perancis menangkap Mata Hari lantaran diyakini dialah "The Greatest Woman Spy" yang mesti bertanggung jawab atas tamat hidup beribu-ribu tentara akhir informasi yang diberikannya. Oleh hakim pengadilan perang, Margarethe disodorkan delapan pertanyaan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu pengadilan perang Perancis menjatuhkan sanksi mati pada Margarethe. 
Pelaksanaan sanksi mati pada Senin, 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, kepingan timur kota Paris. 12 resimen artileri siap dengan senapan di sebuah pagi yang cuek dan berkabut. Sedang usia semua tentara tersebut masih muda, sekitar 20 tahun.Di umur 41 tahunlah Mata Hari meninggal dunia. 
 
Sehari sehabis pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, aneka macam media internasional memberitakan. “The Time” memberitakan penari Mata Hari telah dieksekusi tembak. “Daily Express”, juga melangsir informasi dengan judul “Spion bagus Mata Hari dieksekusi mati”. Mayatnya dikubur di kuburan Vincennes. 
Dua tahun kemudian Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yang sedang menginjak usia 21 tahun meninggal dunia akhir pendarahan di otak. Meskipun demikian, banyak yang mempermasalahkan sanksi yang dilakukan oleh Mata hari. Statusnya antara double agent dengan orang bersalah masih dipertanyakan. Namun beliau layak dimasukkan kedalam catatan sejarah.
Ringkasan
    * Nama Asli: Margaretha Gertruida Zelle
    * Lahir: Belanda, 7 Agustus 1876
    * Suami: Mayor Rudolph McLeod, seorang perwira KNIL
    * Tinggal di tempat Indonesia di Ambarawa, Tumpang (Malang), Banyu Biru dan Sindanglaya
    * Meninggal: 15 Oktober 1917 - ditembak mati oleh Legiun Macan di luar kota Paris.
Daftar Film perihal Mata Hari
    * Sang Penari - (2007, Tamara Bleszynski)
    * Mata Hari (1931)
    * Mata Hari (1985, Sylvia Kristel)
    * Mata-Hari (1964)(versi judul lain: "Mata-Hari, agente segreto H21")
    * Mata Hari, la vraie histoire (2003) (TV)
    * Fall Mata Hari, Der (1966) (TV)
    * Mata Hari (1978)
    * Mata Hari (1920)
    * Mata Hari, die rote Tänzerin (1927) (versi judul lain: "Mata Hari" atau "Mata Hari: the Red Dancer")
    * Caméra explore le temps: Mata Hari, La (1964) (TV)
    * Mata Hari, mythe et réalité d'une espionne (1998)
    * Operación Mata Hari (1968) (versi judul lain: "Operation Mata Hari")
    * "Dossier Mata Hari" (1967) (miniseri TV)
    * Yo no soy la Mata-Hari (1949) (versi judul lain:"I'm Not Mata Hari")
Daftar Novel perihal Mata Hari
    * Sang Penari (Dukut Imam Widodo)
    * De Moord op Matahari (S. Wagenaar)
    * Matahari Courtesan and Spy (Majoor Coulson)
    * Matahari (J.C. Brokken)
    * The Fatal Lover (Juli Wheelwright)