10 Film Pembiasaan Game Terburuk

10. Final Fantasy : Spirits Within

 

Saya tidak tahu apa yang ada di kepala Square ketika merilis film ini. Berani membawa nama Final Fantasy, berarti berani menghadirkan apa yang tergambarkan di semua kepala gamer. Apa yang gamer pikirkan ketika mendengar nama Final Fantasy? Saya sudah membayangkan Bahamut berukuran besar, theme song, limit break, dan elemen RPG yang kental. Namun, apa yang gamer dapatkan ketika film ini dirilis? Sebuah tanda tanya terbesar di dunia. Tidak ada kaitan sama sekali dengan seri game Final Fantasy, tidak ada sedikit pun. Yang saya sukai dari film ini hanya satu, soundtrack dari Lar’c en Ciel.
9. Max Payne



Max Payne yaitu salah satu huruf paling cool, namun sekaligus kontroversial di dunia game. Ketika saya mendengar akan ada versi filmnya, saya mulai membayangkan kekejaman Payne yang dipadukan dengan skill bullet time-nya yang fenomenal. Apalagi dibintangi oleh Mark Wahlberg yang kualitas aktingnya tidak perlu diragukan lagi. Namun, apa yang saya dapatkan? Sebuah film yang menciptakan saya hampir tertidur di bioskop. Plot yang aneh, agresi yang sangat sedikit, scene bullet time yang sangat singkat; sama sekali tidak ada yang menggambarkan Max Payne di sini.
8. Hitman

 


Botak dengan tatapan yang tajam layaknya elang yang mencari mangsa. Agent 47 siap membunuh siapa saja yang ditugaskan organisasi kepadanya. Membayangkan game Hitman yang selalu bisa menghadirkan ketegangan dan ras was-was sepanjang permainan, saya berangkat untuk menikmati film berjudul sama ala Hollywood di bioskop. Kekecewaan saya bahkan sudah dimulai dari casting yang dipilih. Sang laki-laki yang memerankan Agent 47 malah terlihat terlalu “pretty boy”, tanpa ada kesan cool dan kejam. 47 yang seharusnya membunuh secara belakang layar ini juga malah sering terlibat kontak senjata terbuka di filmnya. Sangat bertolak belakang dengan game yang boleh terbilang sudah berhasil dibangun dengan sempurna. Saya malah melihat film ini lebih menyerupai film-film The Transporter dibandingkan Hitman.
7. Resident Evil


Ini mungkin film pembiasaan game terburuk yang masih menyisakan banyak tanda tanya di benak saya pribadi. Pertanyaan terbesarnya adalah: mengapa orang-orang masih singgah ke bioskop dan menonton film ini, membuatnya berubah menjadi sebuah sekuel tanpa mutu? Resident Evil 1 dan 2 mungkin merupakan puncak kejayaan seri ini. Walaupun huruf utamanya, Alice, tidak pernah muncul di versi video gamenya, saya masih melihatnya sebagai serial spin-off yang sangat menarik. Namun, ketika Resident Evil Extinction dan Afterlife lahir dengan plot yang terasa sangat dipaksakan, film ini tampak “murahan”. Aksi yang sedikit, kisah tidak jelas, akting yang buruk. Saya lebih jatuh cinta dengan Resident Evil versi CGI-nya Capcom.
6. Dead or Alive
 

Ini yaitu sebuah dilema. Dead or Alive memang film yang sangat buruk. Jalinan kisah di dalam film plus pertarungan yang dihadirkan harus diakui memang kelas rendahan. Visualisasi karakternya juga mengecewakan, apalagi huruf Kasumi benar-benar tampak jauh berbeda. Karena hal tersebut, saya memasukkan film ini ke dalam list. Namun harus diakui, Dead or Alive versi film ini bisa menghadirkan pengalaman yang sering dirasakan oleh laki-laki ketika memainkan game ini. Sensualitas yang dijual.
5. Street Fighter: The Legend of Chun-Li
 

Film ini seharusnya tidak pernah lahir sama sekali. Setelah Street Fighter zaman dulu yang terbilang buruk, saya menaruh keinginan yang cukup besar kepada Street Fighter: The Legend of Chun Li yang tentunya hadir dengan teknik dan teknologi yang sudah jauh lebih berkembang. Apalagi, rencana untuk menghadirkan “plot” Street Fighter dalam lingkup dunia konkret juga tampil sangat menarik. Namun, apa yang dibawa oleh film ini? Film aksi; itu saja. Sebagai seorang gamer, saya tidak mencicipi apa pun yang terkait dengan Street Fighter. Mengecewakan!
4. King of Fighters


Lagi-lagi sebuah film menurut genre fighting yang harus masuk ke dalam list. King of Fighters buatan SNK merupakan game fighting legendaris dan fenomenal. Siapa yang tidak mengenal Mai Shiranui? Atau Andy dan Terry Boggard? Hampir semua gamer mengenal mereka. Tetapi, ketika nama besar menyerupai ini harus jatuh ke tangan Hollywood? Saya bahkan hampir menutup mata dikala harus menontonnya. King of Fighters versi movie ini sama sekali tidak sanggup dinikmati. Akting buruk, huruf yang jelek, plot yang asing luar biasa. Dua jempol ke bawah!
3. Doom
 

Wow, Doom! Itu mungkin reaksi pertama saya ketika mendengar game ini akan dibentuk versi film layar lebarnya. Siapa yang tidak mengenal Doom? Salah satu game FPS terbaik yang pernah ada tersebut selalu berhasil membawa ketegangan dan sedikir rasa takut ketika memainkannya. Apalagi ketika saya mendengar The Rock dari WWE akan menjadi pemain drama utamanya. Ketika menyaksikannya? Hari saya tak pernah lebih buruk lagi. Semuanya tampak kacau dan murahan, bahkan The Rock-nya sendiri. Ini menyerupai film Alien dengan budget 1/1000 milik Cameron.
2. Super Mario Bros


Game terbaik belum tentu melahirkan film yang sama baiknya. Game terbaik melahirkan film terburuk, itu lebih mungkin untuk terjadi. Super Mario Bros yang lahir di tahun 1993 yaitu salah satu bukti yang paling nyata, sekaligus sebagai monumen awal lahirnya film-film pembiasaan game berkualitas sama sampai kini. Semuanya terasa salah di film ini. King Koopa yang berwujud manusia, Yoshi yang menyeramkan, setting kota modern, kendaraan beroda empat menyerupai Twisted Metal, dan ledakan di sana-sini. INI BUKAN MARIO BROS!!!
1. Semua Film Karya UWE BOLL
 
Uwe Boll
 
Perhatikan dengan seksama wajah laki-laki di atas. Apakah Anda sudah mencicipi kekesalan yang membakar? Atau jangan-jangan Anda belum pernah mengenalnya sama sekali? Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh industri game dan film dikala bersamaan hanya satu, mempercayakan hal tersebut kepada Uwe Boll, yang kebetulan yaitu laki-laki di atas. Dia yaitu mimpi buruk bagi kita semua. Apakah saya terlalu berlebihan? Sama sekali tidak, alasannya yaitu Uwe Boll memang sebuah mimpi buruk yang hidup. Apa pun kiprahnya di dalam sebuah film, entah itu sebagai produser, sutradara, penulis naskah, atau tukang sapu sekali pun (yang ini mungkin berlebihan), film tersebut niscaya akan hancur berantakan. Karya-karyanya yaitu bukti yang paling nyata.


Yang membuatnya semakin buruk? Uwe Boll sangat tertarik untuk mengadaptasi game ke dalam film. Lihat saja karya-karyanya yang “fenomenal”. Apakah Anda pernah murka ketika menyaksikan Blood Rayne atau Far Cry? Atau mungkin Anda merasa gundah menyaksikan Alone in The Dark dan House of The Dead? Atau Anda jangan-jangan sempat muntah menyaksikan film Dungeon Siege? Semua game keren tersebut hancur acak-acakan di tangan Boll, seketika. Sayangnya, mimpi buruk ini juga tidak akan cepat berakhir alasannya yaitu Boll yaitu orang yang pantang menyerah. Ia berjanji akan terus menghasilkan film-film yang diadaptasikan dari game, dan anehnya beberapa perusahaan publisher masih mau membiayai dirinya. Oh tidak! Jika harus disandingkan dengan dunia game, Uwe Boll mungkin bos tersulit yang harus dikalahkan oleh para gamer untuk menamatkan sebuah game.