Serba Aneh di Dunia


Pesatnya masa “internetisasi” kini makin tipis antara dunia maya dan dunia nyata. Mau nyari informasi, ga perlu nunggu koran pagi datang, tinggal mampir ke mbah google dapet deh informasi yang dicari. Tapi hati hati, banyak informasi yang sengaja dislewengkan pihak tertentu untuk tujuan tertentu. Klimaksnya? Tuh kemaren soal Quickcount, terbukti kan mana lembaga survey dan media abal abal mana yang kredibel.

Hmm.. cukup menarik lihat fenomena ketika ini. Begitu mudahnya orang untuk mengembangkan kabar, tinggal klik atau tinggal sentuh tombol share. Mau facebook, Twitter, Path, dll bisa. Bagi kabar yang benar, okelah dapat buat nambah nambah informasi bagi yang lain. Tapi untuk kabar yang ga benar, anda sama aja ikut serta dalam gerakan goblokisasi serta hasutisasi.


Sumber yang selalu aku jadikan rujukan informasi. Antaranews.com

Saya sendiri bukan orang Pers yang tentunya menjunjung tinggi kaidah jurnalistik maupun “sumpah jabatannya” orang pers. Tapi at least aku tahu lah batasan batasan menciptakan artikel di blog abal abal ini via googling dan akhlak jurnalistik. Bila ada persoalan dengan cara penulisan maupun isinya silahkan saja untuk kontak aku di sosmed beserta email blog ini. At least, ada yang berani tanggung jawab lah dengan goresan pena yang aku buat yakni aku sendiri. Oke, skip…..


See? yakin deh banyak yang beginian. Selamat bung anda termasuk orang yang berhasil digobloki.

Balik lagi ke judul, kenapa aku agak begitu heran dengan orang yang dengan gampangnya share info dari VOA-ISLAM, SUARANEWS, PKSblablabla, JONRU, dll? “Man, use your brain, utekmu tok nggonen, pake otakmu”, mungkin begitu yang ada di pikiran aku begitu melihat sobat aku sendiri yang membagikan artikel nonsense dari Media abal abal. Dan entah kenapa lebih banyak didominasi yang share orang yang aku kira agamanya kuat.
Apakah ada kata ISLAM maupun dalil dari kitab maupun hadist dalam artikel sampai nama domain yang digunakan lantas isinya akan selalu benar? Belum tentu.

Mengapa aku katakan media abal abal? Ciri pastinya cuma ada 2 :

1. Redaksi unknown or even unreachable

Gini nih yang namanya media, ada madunya eh redaksinya.

Di media abal abal mana ada, silahkan cek ke suaranews atau voa-islam.com. Temukan redaksinya atau minimal kontak yang dapat dihubungi. Saya jamin kaga bakalan ada, dan kalaupun ada tidak bakalan ada respon dari yang bersangkutan. Malah di media abal abal lain aku pernah baca, penanggung jawab isi artikel, yakni Allah SWT.

Seberapa penting sih redaksi? Redaksi itu penting sekaleeeeeeee, dapat dibilang jantung dari setiap acara pers. Di redaksi ini ada yang bertanggung jawab dari seluruh artikel yang keluar. Makara pepatah makin tinggi pohon makin tinggi anginnya itu bener banget, di jabatan apapun jikalau makin tinggi tingkatannya makin besar tanggung jawabnya.


Redaksinya? ga ada tuh, cek kontaknya deh kalo mau kepo level lanjut

Lah kalo blogger (kaya saya), atau sobat sahabat di lembaga kompasiana/detikforum bagaimana? Tanggung jawab isi konten jadi tanggung jawab personal alias diri sendiri. Kalau di lembaga masih ada yang dapat nyaring artikel mana yang yang akan keluar, adalah kiprah moderator. At least masih dapat dihubungi lah.

2. Isi artikel dimulai dengan JUDUL HEBOH, dan Disertai dengan artikel yang memutar balikkan fakta!


Bah Blogger, Joomla kek kalo mau lebih meyakinkan. Redaksi? gaib

Saya sendiri pernah iseng nyobain buat judul Heboh namun isinya bukan untuk memutar balikkan fakta atau menghasut. Dan memang tanggapannya LUAR BIASA! Ada yang hanya baca judul saja eksklusif panas, ada juga yang senyum senyum tahu maksud aku yang sebenarnya. Teknik penulisan ibarat ini ada namanya, cuma aku lupa. Yang terang digunakan juga di teknik marketing atau di psikologi, psikomarketing atau apa itu namanya. Cek artikelnya disini

Paling praktis gini deh, di pinggir jalan ada goresan pena JANGAN TENGOK KIRI. Dijamin deh, tanpa pikir panjang eksklusif ngeliat ada apa sih, tanpa harus tahu terlebih dahulu otak kita seakan otomatis mengikuti sugesti tersebut. Nah si tukang share tanpa baca isinya ini juga demikian, tampaknya otaknya sudah terlatih. Jika liat judul wah, otak eksklusif otomatis ngeshare isi info yang belum tentu benar.

So, How do we prevent Civil War? Bagaimana kita mencegah perang saudara?

STOP SHARING THOSE STUPID ARTICLES, JUST THINK!
Gile ngeri bener ye sampe perang saudara dibawa bawa. Tapi ini bener lho, ada kecenderungan dapat saja terjadi. Perang diawali dengan kebencian, kebencian individual berubah communal, dan seterusnya seterusnya. Padahal penyebabnya sepele, orang malas menelaah lebih jauh!

As a blogger, aku sendiri prihatin dan mangkel dengan hadirnya media abal abal ibarat ini. Makin banyak keraguan terhadap media online, termasuk blog. Makin banyak orang juga yang terlalu praktis dihasut.Mungkin gara gara angka konsumsi susu dan ikan di negara kita yang katanya laut terlalu rendah dibandingkan negara lain. Padahal ya tinggal milah milah mana yang benar mana yang salah, di Al Alquran juga sudah ada tuntunannya, IQRA alias BACA!

Demo di Istana Negara pada 4 November 2016 kemudian bisa jadi ditujukan untuk menekan Jokowi agar tidak melindungi Ahok. Supaya Jokowi menyuruh Kapolri untuk penjarakan Ahok.

Apakah Jokowi akan nuruti tekanan tersebut? Hanya orang ndeso yang percaya. Jika tuntutan mereka itu dipenuhi maka akan berlanjut dengan tekanan berikutnya, Mungkin Jokowi sudah tahu skenario tersebut.

Mereka para penggagas demo dan para bandarnya berusaha sekuat tenaga agar Jokowi jatuh sebelum Maret 2017. Mengapa demikian?

Saat itu lah masa berlaku Tax Amnesty berakhir. Berarti para pengemplang pajak yang tidak ikut TA akan menjadi target buruan petugas pajak.

Untuk memburu para pengemplang pajak itu, Jokowi telah menyiapkan Ditjen Pajak sekuat forum sejenis di Amerika Serikat, IRS. Lembaga pajak ini akan bergerak ibarat KPK.

Mengapa Ditjen Pajak diperkuat? Ya, sebab pajak akan dijadikan sumber utama pembiayaan pembangunan. Sesuai potensi yang ada. Selama ini potensi pajak luar biasa, tapi tidak jadi rill sebab banyak pengusaha dan politisi tidak bayar pajak sebab bisa kolusi dengan penguasa.

Jokowi mau praktek kotor masa kemudian itu diakhiri. Dia mau bersih, Pajak menjadi titik tolak sebab ketidakpatuhan terhadap kewajiban bayar pajak menjadi sumber dari praktek kotor dalam bisnis, birokrasi dan politik.

Praktek kotor yang selama ini terjadi ialah sebagai berikut, Kolusi pebisnis – birokrat – politisi memungkinkan semua pihak itu ngemplang pajak. Dari pajak yang seharusnya masuk ke kas negara, mereka punya dana berlebih untuk gaya hidup mereka. Juga untuk menggerakan mesin politik, demi memperkuat posisi dari eksklusif atau kelompoknya.

Mereka dengan leluasa bisa membayari ormas-ormas bayaran untuk tujuan mereka. Para petinggi ormas-ormas itu pun bahagia sebab hidup mereka dicukupi, termasuk bisa punya Hammer nih!

Apa kesannya jikalau agresi higienis Jokowi dijalankan?

Maka mereka akan kehilangan dana ekstra yang besar, dan yang lebih penting fatwa uang mereka akan terbuka terang sebab ada kewajiban menciptakan laporan SPT. Jadi, mereka akan jauh lebih sulit untuk mengendalikan partai, dan membayari ormas-ormas bayaran.

Lalu siapakah mereka?

Ditjen Pajak sudah mengantongi nama-nama mereka, juga dana mereka. Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan sesudah periode TA pertama berakhir September lalu, masih sekitar 3000 Komisaris dan direksi perusahaan tambang yang belum melaporkan pajaknya. Itu gres sektor pertambangan, belum sektor politik, birokrat, penguasa tempat dan lain-lain.

Pada rujukan pertambangan, kalangan ini sudah sama-sama tahu bahwa ada satu perusahaan tambang watu bara kelas berat yang ngemplang pajak 10 tahun sebanyak Rp. 18 Triliun. si bos perusahaan bisa ngemplang sedemikian usang sebab dulu cuilan dari kekuasaan! Partai dengan simpel ia kendalikan.

Kini para bos niscaya sudah resah. Begitu juga para politisi yang hidup dari uang kemplangan pajak itu. Gerak politik mereka terang makin sempit sebab tak simpel lagi mendapat mesiu jikalau hingga Jokowi terus berkuasa.

Maka terang sudah agresi “Tangkap Ahok” tak lebih dari bentuk ketakutan orang-orang Kotor yang takut disapu higienis Jokowi.

Jokowi berguru dari pengalaman AS, Untuk menumpas Mafia, pemerintah AS dahului memakai dinas pajak IRS, bukan FBI.

Untuk persiapan menciptakan Dirjen Pajak sehebat IRS Kemenkeu sekarang sudah “menyekolahkan” sekitar 2000 orang pajak muda untuk berguru cara kerja IRS di AS, dan di beberapa negara lainnya.

Maka sebelum itu terjadi, Jokowi harus dilengserkan dengan banyak sekali cara, Jika hingga Maret 2017 upaya mereka itu gagal, maka hidup dan gerak mereka akan makin sulit. Bahkan sebagian dari mereka sudah niscaya bakal masuk bui, atau kabur ke luar negeri dan masuk DPO interpol!

Masuk logika juga ya..bagaimana berdasarkan anda?

Sumber: http://news.beritapasti.com/hot-news/coba-cek-ini-dia-alasan-mengapa-jokowi-harus-dijatuhkan-melalui-ahok/